Tinta warna yang mencemari secarik kain dengan bentuk
tertentu sehingga nampak indah rupanya, bersamaan terbentukanya pola teratur
hingga menjadi sebuah karya. Mungkin itu yang mampu mendiskripsikan secara umum
tentang batik. Sebagai wujud dari kebudayaan yang telah menua usianya, batik
telah sejak lama digunakan di Indonesia. Memiliki nilai historis yang sangat
kuat dan filosofi yang menawan, batik secara alami diilhami sebagai wujud dari karya
seni tingkat tinggi bagi masyarakat Indonesia. Melihat kuatnya nilai dari
sebuah batik, maka wajar saja jika dunia Internasional mengakui batik sebagai
warisan kebudayaan dari tanah air.
Luasnya Indonesia kiranya mampu menggambarkan
beragamnya budaya yang ada. Secara bersamaan, motif batik pun mempunyai corak
yang beragam pula. Lain ladang lain lubuk, lain daerah lain pula motif
batiknya. Lain motif tentunya lain cerita pula. Pada dasarnya setiap motif
batik yang ada di nusantara, terlebih motif yang sudah tua usianya atau motif
yang secara sakral masih dilestarikan, mempunyai nilai historis dan filosofi
yang berbeda-beda.
Tanggal 2 Oktober adalah tanggal dimana batik dengan
resmi telah diakui oleh lembaga tertinggi dunia. Secara praktis, sebagai
penduduk pribumi memang layak bangga dengan pengakuan itu. Bangga akan
keautentikan sebuah karya dari tangan masyarakat negeri yang damai ini. Namun
perlu ditumbuhkan pula kesadaran, bahwa seiring dengan meroketnya batik ke
kancah dunia, maka batik secara global juga diketahui oleh masyarakat dunia. Kita
harus paham dan siap dengan segala konsekuensinya. Mengingat dunia
internasional yang sangat luas cakupannya dan terlalu misterius perwujudannya.
Batik menjadi terkenal sekarang. Muncullah secara
bersamaan peluang-peluang karena ketenaran ini. Batik menjadi potensi yang
tiada tara untuk masyarakat Indonesia, baik sisi finansial maupun sisi yang
lainnya. Mata dunia tertuju ke bumi pertiwi karena keelokan kain motif ini. Peluang
bisnis dan peluang peningkatan pendapatan masyarakat pribumi pun terbuka lebar.
Namun beriringan dengan hingar binar ketenaran tersebut, nampak pribumi enggan mencari
tahu makna sebanarnya dari motif-motif batik ini, baik sejarah maupun
filosofinya. Bahkan untuk mencari tahu nama dari satu motif saja juga belum
tentu dilakukan.
Tahu tentang batik tentu bukan pilihan masyarakat
sekarang. Padahal, nama batik, sejarah batik serta filosofi dari satu motif
saja luar biasa menariknya. Cukup sekedar tahu saja sebenarnya sudah cukup. Masyarakat
telah memasuki era teknologi. Banyangkan saja, dengan teknologi yang sekarang
bisa digenggam kemanapun berada tentunya kemudahan dalam mengakses informasi
juga terbuka lebar. Tapi, kondisi ini tak membuat hati masyarakat untuk condong
mencari tahu wawasan ini. Lalu bagaimana jadinya jika ponsel mereka yang pada
era sekarang sangat diprioritaskan tersebut disisipi wawasan batik ? Tentunya
dengan sajian menarik pula dan dikemas dengan nyetrik. Penyisipan sebuah aplikasi khusus dalam ponsel dapat
menjadi salah satu fungsi guna mendapatkan hati penggunanya.
BSP (Batik Saya Punya), sebuah aplikasi yang mempunyai
fungsi berkenaan dengan batik. Antara lain adalah fungsi pengetahuan tentang
sejarah dan filosofi motif batik. Selain itu, BSP juga menyediakan lokasi toko
batik di Indonesia yang tentunya sangat bermanfaat untuk pembeli batik.
Ditambahkan sistem khusus, yang mampu melakukan scan pada kode yang disesuaikan. Sehigga suatu toko yang mempunyai kode
unik bisa di scan dengan aplikasi BSP
dan tentunya setiap tanda yang terbaca pada BSP akan memberikan kejutan sesuai
dengan toko sang empunya.
Fasilitas Lockscreen
dengan desain batik yang berubah setiap kali dibuka akan berusaha mengenalkan
jenis motif batik pada pengguna secara jelas. Sekali BSP dipasang pada perangkat,
secara otomatis tampilan Lockscreen
juga akan menyesuaikan. Ketika Locksreen
dibuka, maka muncullah keterangan berkenaan dengan batik yang menjadi tampilan
pengunci tersebut. Sehingga mau tak mau, user
akan tetap membaca ulasan singkat pada ponselnya. Alhasil, wawasan batik pun
bisa mengisi pengetahuan mereka. Perlahan namun pasti, penyerbaran ilmu batik
akan tersampaikan jua.
BSP hanya sebuah gagasan, bukan sebuah produk yang
sudah ada wujudnya sekarang. Namun semua pasti diawali dari gagasan bukan ?
Oleh karenanya muncul istilah penggagas. Kita tidak bisa menutup mata akan
keberadaan batik nusantara yang sangat beragam dan tersebar diseluruh penjuru
negeri. Kita juga tidak bisa membungkam mulut untuk tidak berteriak kepada
dunia kalau kita punya mahakarya ini. Kita juga tidak ingin ketika masyarakat
hanya bisa membuat, menjual dan mengenakan batik tanpa pengetahuan sedikit pun
disana.
Harapan terbesar pada masyarakat adalah membentangkan
batik ini keseluruh dunia. Menceritakan segala hal tentang batik kepada
siapapun dengan benar dan dengan bangga akan kebudayaan ini. Mengundang ribuan
orang untuk datang ke bumi pertiwi secara sukarela. Menyaksikan senyum seluruh
masyarakat dunia ketika melihat kain batik ini. Membumikan batik di nusantara
dan melejitkan batik ke kancah Internasional. Kesempatan itu masih ada dan
masih lebar jalannya untuk ditapaki.
“Pakai batiknya, pahami
filosofiya, resapi sejarahnya, dan kenalkan pada dunia”
#BatikIndonesia
#BiennaleBatikJogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar