Social Icons

Pages

Sabtu, 08 Oktober 2016

Teknologi Dulu-Sekarang


Akhirnya jaman mulai melangkah maju. Semakin tua usia bumi, semakin berkembang pula kehidupan ini. Teknologi yang mulanya tabu, perlahan tapi pasti tumbuh dengan cepat dan ikut mewarnai dunia ini. Selayaknya sebuah gebrakan baru, teknologi nyatanya datang dengan inovasi-inovasi untuk kehidupan manusia. Jika disajikan pada grafik garis, agaknya pertumbuhan teknologi ini secara signifikan akan naik dari kiri ke kanan.
Menandakan pertumbuhan teknologi berbanding lurus dengan waktu. Seiring dengan teknologi yang merangkak naik, informasi pun secara otomatis juga ikut melambung naik pergerakannya.

Pertumbuhan ini tidak lepas dari kebutuhan manusia yang semakin kompleks dan keinginan yang semakin beragam pula. Bahkan di Indonesia juga mengalami lonjakan perkembangan yang mencolok. Kita sebut saja era “jadul” (jaman dulu). Era yang bertahan hingga sebelum tahun 2000. Kemudian pada tahun 2000 keatas, sebutan jadul mulai bertransformasi. Kita menyebutnya era milenium.

Jika menilik teknologi dari masa ke masa, tentu kita tidak akan pernah lupa dengan komputer berpentium sau ataupun dua yang sering digunakan bahan olok-olokan. Benar saja, karena proses berfikir yang relatif lambat, kemudian kita sering menyamakan teman kita sendiri seperti komputer jenis ini yang juga lambat dalam menerima input dan menerjemahkannya dalam output. Gurauan yang sekaligus cambuk bagi developer-developer saat itu. Hingga pada akhirnya muncul generasi komputer yang lebih cepat dalam menangkap dan mengolah data/informasi. Muncul lah generasi core. Core kemudian menjamur dan berkembang hingga sekarang.

Tidak mau kalah dengan perangkat yang berkembang dengan pesat dan masif sepanjang waktu. Bersamaan dengan itu, masyarakat kita mulai sadar dengan ketersediaan internet sebagai salah satu kebutuhan akan informasi dan proses berhubungan dengan orang lain. Namun seperti halnya komputer, internet juga mengalami proses merangkak sampai mampu berlari hingga sekarang.

Internet sebelum saat ini sangat membutuhkan waktu ketika ingin melakukan proses yang sebenarnya simple. Sebagai contoh proses browsing/surfing. Kemudian muncul terobosan baru, sehingga konektifitas internet semakin cepat. Hingga bermuara pada era ini, ketika internet dapat memberikan pelayanan dalam hitungan kurang dari 5 detik mampu menampilkan yang kita inginkan.

Selain kedua teknologi diatas, perangkat ponsel pun tak ingin kalah juga. Proses berkembangnya pun relatif cepat dan masif pula. Dimulai dari layar dengan dua warna dan suara yang berdering satu tipe saja. Kalau dulu lebih familiar disebut dengan istilah monoponik. Kemudian semakin berkembang muncul generasi berikutnya yaitu poliponik yang mana ini merupakan ponsel dengan tampilan warna lebih dari 2 jenis warna dan output suara yang beragam tentunya. Bersamaan dengan itu, orang kemudian mulai berfikir untuk memasukkan lensa kamera pada ponsel. Kemudian muncul ponsel dengan kamera. Dan akhirnya di era sekarang, ponsel telah berevolusi hingga pada puncaknya, yaitu menjadi smartphone. Dengan kepintarannya yang tersaji pada layar dengan sekali sentuh, eksistensi smartphone seolah-olah menyita segalanya.

Namun kehidupan jaman dulu, lagaknya tidak beda jauh dengan kehidupan sekarang. Hanya saja berkenaan kehadiran teknologi, memang bisa dikatakan yang dulu tidak sama dengan yang sekarang. Memang benar dulu masih terkesan tertinggal untuk masalah modernisasi. Tapi pada keberjalanannya manusia mampu bertahan dan menyesuaikan kondisi. Pada era “jadul”, masyarakat bisa dikatakan merajai teknologi. Teknologi dikendalikannya dengan maksimal bahkan tidak diberikannya kesempatan melawan. Bahkan teknologi dieksploitasi habis-habisan. Wajar saja, teknologi yang diciptakannya sendiri memang dikhususkan untuk membantu kegiatan manusia hingga semaksimal yang dibisanya.

Sedikit berbeda dengan era sekarang. Ketika teknologi mulai merajalela ditambah sajian hangat internet generasi ke-4 yang menawan dan dipadu komputer yang elok berfikirnya. Nyatanya kita telah keblinger seser dalam buaian mereka. Yang dulu merajai ternyata sekarang hampir-hampir dirajai. Semacam wujud kudeta dari teknologi yang kita ciptakan sendiri.
Tapi kita tak boleh serta merta mengatakan generasi sekarang buruk. Nyatanya di era sekarang informasi secara cepat dapat diketahui. Berita kecil atau pun besar rasanya sama saja. Ujung-ujungnya juga akan tersebar juga. Berbeda berat dengan “jadul” yang berita kecil akan tersamarkan dengan berita besar serta tidak semua berita akan tersebar. Menandakan informasi memang menjadi lebih mudah tersebar seiring perangkat pendukungnya sudah melejit duluan.

“Beruntungnya dengan teknologi yang sudah terbang ini, kita sudah tiada halangan untuk mengarungi informasi yang nyata berbeda region, distrik, pulau, bahkan Negara”

Kedikjayaan teknologi untuk informasi sudah dideklarasikan sejak dulu. Namun akhir-akhir tahun ini kejayaan itu semakin nyata saja. Kita sebagai manusia yang memprakarsainya, sudah selayaknya untuk tetap memegang kendali penuh akan kekuasaan tersebut. Teknologi tidak bisa dipersalahkan secara mutlak jika terjadi kejadian buruk. Perlu sebuah jiwa bijak untuk menanganinya. Apa benar jika kita makan nasi lalu kekenyangan kemudian kita menyalahkan padi yang menghasilkan beras ? Tentu tidak demikian. Kebijakan dalam diri dapat menjadikan perangai yang mumpuni untuk menjaga teknologi tidak melakukan kudeta.

Penanaman yang tepat kepada generasi-genarasi kedepan bisa digunakan sebagai upaya preventif untuk mengatasi kudeta. Karena kita juga sudah megerti bahwa perkembangan teknologi tidak dapat dicegah dengan mudah. Teknologi akan semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Kita hanya perlu mengarahkan perkembangan teknologi untuk perkembangan diri juga.

Era globalisasi memang sudah terasa gemanya sejak dulu. Namun dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi saat ini, semakin menyempurnakan gema tersebut. Negara kita juga ikut larut dalam suara itu. Ini adalah pisau bermata dua. Jika ingin memakainya harus dipegang gagangnya dan diperhatikan mata pisaunya. Kita hanya perlu memegang teguh identitas kita sebagi bangsa Indonesia  Namun kita tetap harus ramah pada teknologi. Konsepnya sangat jelas dan mudah dipahami. “Lihat gagangnya dan pegang kendalinya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates